Akar sejarah literasi di Indonesia tertanam jauh sebelum era modern. Bukti-bukti menunjukkan bahwa tradisi literasi telah ada sejak zaman prasejarah, seperti gambar-gambar dan tulisan-tulisan di gua prasejarah, dan prasasti serta candi-candi di berbagai kerajaan Nusantara.
Era Kerajaan dan Kedatangan Agama:
- Abad ke-5 M: Perkembangan literasi dipicu oleh kedatangan agama Hindu dan Buddha, membawa aksara Pallawa dan Sansekerta. Prasasti dan kitab suci agama menjadi bukti peninggalan literasi.
- Abad ke-13: Kedatangan Islam membawa aksara Arab dan bahasa Melayu, melahirkan karya sastra seperti hikayat, babad, dan syair.
- Era Kolonial: Pencetakan memperbanyak akses buku, namun didominasi bahasa Belanda dan terpusat pada elit. Muncullah surat kabar dan majalah berbahasa Indonesia, seperti Soerat Kabar Batavia dan Penjaja Kebenaran.
Kebangkitan Nasional dan Gerakan Literasi:
- Awal Abad 20: Lahirnya pergerakan nasional memicu semangat literasi untuk membangkitkan kesadaran dan perlawanan. Karya-karya sastra dan jurnalistik bermunculan, seperti Balai Pustaka dan Taman Pustaka.
- Era Kemerdekaan: Literasi menjadi alat perjuangan dan pembangunan bangsa. Gerakan literasi digalakkan, didirikan perpustakaan, dan diterbitkan buku-buku berkualitas.
- Masa Kini: Tantangan literasi di era digital: minat baca rendah, konten digital yang kurang berkualitas, dan kesenjangan akses informasi. Upaya meningkatkan literasi terus dilakukan melalui berbagai program dan gerakan.
Tokoh-Tokoh Penting dalam Sejarah Literasi:
- R.A. Kartini: Pelopor emansipasi wanita yang aktif menulis surat dan menerbitkan buku "Habis Gelap Terbitlah Terang".
- Pramoedya Ananta Toer: Sastrawan ternama dengan karya-karyanya seperti "Bumi Manusia" dan "Anak Semua Bangsa".
- N.A. Pirs: Penyair dan aktivis yang dikenal dengan karyanya "Si Doel Anak Betawi".
Sejarah literasi di Indonesia merupakan perjalanan panjang yang penuh dengan pasang surut. Dari prasasti kuno hingga gerakan literasi nasional, literasi terus memainkan peran penting dalam mencerdaskan bangsa dan membangun identitas nasional.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar